Keajaiban & Elegi di Euro 2008 (Part 1)

2008-06-14 Leave a Comment

This is their elegy
Do you know what they feel?
This is their elegy
Do you believe it's real?
Will they hold you in their arms again?--- (Leaves Eyes)
Berlin, 2006
Italia memenangkan gelar juara dunianya yang keempat kalinya selepas menaklukkan Prancis dalam drama adu penalti. Fabio Grosso menjadi pahlawan Italia saat itu dengan gol penaltinya ke gawang Barthez. Italia menang 5-3. Selain mentahbiskan kapten Fabio Cannavaro menjadi pemain terbaik dunia pada tahun yang sama, duel final itu juga menceritakan tentang kartu merah legenda sepak bola Zinedine Zidane setelah menanduk dada Materazzi.

Austria-Switzerland, June 2008
Mereka kembali bermain di ajang piala eropa 2008. Prestasi mereka empat tahun yang lalu tidak cukup membanggakan. Italia tersungkur di penyisihan grup setelah kalah bersaing dengan Swedia dan Denmark, sementara Prancis takluk di tangan sang juara Yunani lewat gol tunggal Angelos Charisteas. Di euro 2008 kali ini, mereka kembali bertemu setelah pertemuan di babak kualifikasi sebelumnya. Mereka berada di grup neraka bersama Rumania dan Belanda. Dua nama terakhir praktis tidak diunggulkan sebelumnya untuk lolos dari grup ini. Sayang, kedua tim ini bermasalah dengan cedera, terutama Cannavaro yang harus absen di Euro 2008.

Namun fakta yang terjadi justru sebaliknya. Pertandingan pembuka grup ini dihiasi dengan pertandingan "amatiran" ala Prancis dan Rumania. Pertandingan tersebut berakhir imbang tanpa gol dan mencatat rekor (bagi saya) sebagai pertandingan terburuk sepanjang hidup yang pernah saya tonton.

Drama mulai tumbuh ketika "keajaiban Bern" jilid dua berlangsung. Tarian indah oranye Belanda menyihir pasukan Azzuri Italia dan memaksa sang juara dunia itu takluk 0-3. Donadoni menjadi kambing hitam atas kegagalan pasukannya karena kesalahannya dalam memasang starting eleven. Kritikan mulai berdatangan, bahkan dari pemainnya sendiri. Catenaccio alias pertahanan grendel ala Italia yang selama ini digembor-gemborkan benar-benar hancur tak berbekas. Malam itu, saya benar-benar melihat Italia "diajari" cara bermain catenaccio yang benar oleh tim Belanda yang notabene adalah tim menyerang.

Sang juara belum menyerah, partai kedua melawan Rumania di stadion "kampung" di Zurich berusaha mereka menangkan. Tetapi mereka tetap gagal. Saya bingung dengan keputusan Donadoni untuk tetap mempertahankan Camoranesi di starting eleven karena menurut saya dia sudah habis. Mereka tertahan 1-1. Panucci dengan cepat menyamakan kedudukan setelah semenit sebelumnya Mutu memanfaatkan kecerobohan Zambrotta. Hasil seri yang sangat memojokkan Azzuri karena baru mengemas satu poin dari dua pertandingannya. Italia sendiri nyaris kalah jika Buffon tak berhasil memblok penalti Mutu. Nyanyian duka mulai terdengar sayup dari tifosi azzuri.

45 menit kemudian, "keajaiban Bern" memasuki jilid ketiganya. Setelah tiga hari sebelumnya Belanda menghajar sang juara dunia Italia dengan marjin tiga gol. Kini giliran sang finalis Prancis yang harus menanggung malu dengan marjin yang sama. Hanya saja, mungkin mereka sedikit terhibur dengan gol indah Thierry Henry. Prancis menyerah 1-4 di tangan Belanda. Stade de Suisse, di Wankdorf, Berne, benar-benar menjadi saksi bisu tarian anak-anak Marco Van Basten itu. Semua gol Belanda benar-benar tercipta sangat indah. Saya menaruh kredit pada dua gol terakhir yang di cetak Robben dan Sneijder. Gol itu menurut saya adalah yang terindah (bersama gol Sneijder ke gawang Italia) selama kejuaraan ini berlangsung (matchday 2 grup C)

Hal ini membuat Belanda memastikan diri menjadi juara grup dengan poin enam. Diikuti oleh Rumania dengan poin dua dan The 2006 Finalists masing-masing dengan poin satu. Berikut adalah skenario kelolosan Rumania, Italia, dan Belanda keperempat final:

Rumania Lolos:
  • Menang dari Belanda
  • Seri dengan Belanda dengan catatan Prancis dan Italia juga seri
Italia Lolos:
  • Menang dari Prancis dan Rumania tidak menang lawan Belanda.
Prancis Lolos:
  • Menang dari Italia dan Rumania tidak menang lawan Belanda.
Melihat skenario ini, saya bisa mengatakan bahwa di Letzigrund Stadion, Zürich akan terhembus sebuah elegi tentang kegagalan Prancis dan Italia, dua finalis piala dunia 2006 karena kemungkinan besar Belanda yang akan tampil dengan sejumlah pemain lapis keduanya takkan ngotot melawan Rumania.

Tapi diluar dari pada itu, saya benar-benar terpesona oleh tarian The Flying Dutchmen. Satu frasa buat mereka Dahsyat Betul !!!

Pertanyaannya, sejauh manakah mereka bisa bertahan???

0 comments »

Leave your response!

Mohon untuk menyertakan nama dan identitas (alamat web) jika ingin berkomentar. Jika anda ingin ber-anonim, mohon cantumkan email dan nama anda.