Kerusuhan Atmajaya, antara Politisasi dan Ketololan
Sebuah mobil avanza ber nomor polisi B 1019 PQ habis terbakar. Aksi ini diikuti oleh penyandraan sebuah bus milik pemprov DKI Jakarta. Ada yang bilang ini demo menentang harga BBM, ada juga yang bilang ini aksi solidaritas pada mahasiswa Unas yang meninggal beberapa hari yang lalu.
Well, sebenarnya ini bukan masanya saya lagi untuk menganalisa hal-hal kurang penting seperti ini. Seperti apa kata mas Pandji dalam lagunya "Ada Yang Salah" tren ini sudah berlangsung sekitar tahun 60-an dan hasilnya? NIHIL!!! jika dibandingkan dengan kemacetan dan perusakan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Tapi jujur, saya sangat tidak menyukai aksi-aksi yang berujung anarkis karena hal itu membuktikan tidak inteleknya para demonstran dalam menghadapi manuver-manuver pemerintah. Meski saya cukup bisa merasakan emosi mereka ketika dua orang mahasiswa mereka ditabrak oleh mobil polisi hingga masuk rumah sakit. Salah seorang korban bernama Arif Aprianto. Arif bahkan terluka pada bagian mata sebelah kanan akibat terkena fiber glass yang terlepas akibat semburan water canon. Tapi kata pak Zainuddin, intinya adalah pengendalian diri! Kalau ngrusak polisi sih OK lah, lha ini... rakyat jadi korban!!!
Untuk kemungkinan aksi pertama, BBM. Saya nggak akan membahas mendalam tentang aksi menuntut kenaikan harga BBM karena bagi saya BBM memang sudah waktunya untuk naik, tapi cerdas dong! BBM nggak akan mungkin turun lagi kan? (secara politis sulit) Coba pikirin gimana cara "hedging" kenaikkan harga BBM yang berarti "naiknya" pengeluaran dengan sebuah aksi tentang "naiknya" pemasukan secara agregat. Seperti demo kenaikkan UMR misalnya untuk mengimbangi hal itu. (Kalau mau pragmatis lho...)
Yang ini apa? mahasiswa-mahasiswa yang katanya berbekal moral dan intelektual itu malah nyusain banyak orang, mulai dari macet, kerusuhan yang membuat keresahan, nurunin penumpang bus di jalan, dan masih banyak lagi. Bahkan saya 100% yakin kalo sebagian besar dari mereka nggak ngerti tentang duduk permasalahan sebenarnya kenapa BBM itu naik. Nggak ada yang melakukan kajian lebih mendalam lagi. Maklum lah, tahun 2009 semakin dekat!
Kalau memang aksi untuk yang kedua, kasus tewasnya mahasiswa Unas. Saya OK Ok saja karena ini memang tingkah laku brengsek para polisi yang males "disusahin" tapi tetap saja, saya tertawa (karena sudah habis air mata untuk menangis --- quotenya Sorong) dengan kerusuhan ini. Mungkin benar apa kata orang Malaysia, bangsa Indonesia adalah bangsa kuli yang tak beradab dan selalu membangga-banggakan ketimurannya!! (entah kenapa mereka bangga...) Atau mungkin ada kepentingan politis dibalik semua ini? Maaf, untuk yang satu ini, saya sedang malas berspekulasi.
Semoga tak ada anak UI low-end yang nimbrung di 'drama kolosal' tadi malam
tren ini sudah berlangsung sekitar tahun 60-an dan hasilnya? NIHIL!!! jika dibandingkan dengan kemacetan dan perusakan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
apakah mundurnya Soekarno dan Soeharto bukan sebuah hasil sobat??
karena bagi saya BBM memang sudah waktunya untuk naik, tapi cerdas dong! BBM nggak akan mungkin turun lagi kan?
Kemarin liat dialog di SCTV antara perwakilan demonstrandan sekjen dari fraksi PKS, melalui hak angket DPR bisa saja menurunkan harga BBM bila dalam penyelidikannya tersebut di dapatkan solusi dari masalah energi ini adalah penurunan harga kembali...
Saya nggak akan membahas mendalam tentang aksi menuntut kenaikan harga BBM karena bagi saya BBM memang sudah waktunya untuk naik
suadh baca teorinya Kwik kian Gie kenapa BBM harus naik http://sayapbarat.wordpress.com/2008/05/17/kenapa-bbm-harus-naik-by-kwik-kian-gie/
Kalau menurut sampen gimana menjawab opini tersebut??
Kalau tidak bisa menjawab saya yakin anda termasuk 'mereka dalam pernyataan anda kalo sebagian besar dari mereka nggak ngerti tentang duduk permasalahan sebenarnya kenapa BBM itu naik. Nggak ada yang melakukan kajian lebih mendalam lagi
Piss,
CED
apakah mundurnya Soekarno dan Soeharto bukan sebuah hasil sobat??
Jawaban saya adalah bukan!! Kenapa?
Sukarno dan Suharto? Seberapa yakin anda bahwa kemunduran mereka adalah sebuah hasil demonsstrasi?? Seberapa persen?? Jujur, kalau saya harus mengiyakan pendapat itu, saya hanya yakin tak lebih dari 3%. Mereka semua memang “dimundurkan” (Silakan dibaca buku Sukarno File dan buku Suharto:saya dikhianati). Kalau toh ada demonstrasi yang paling berhasil menurut saya sepanjang sejarah, itu adalah Revolusi People Power di Manila ketika Ferdinand Marcos turun tahta. (Kalau menurut teman saya: adalah pemberontakan Khomeni di Iran 1977)
OK lah kalau hal itu dikatakan “berhasil”. Lantas seberapa signifikankah kehadiran metode tersebut dengan “trade off” yang harus terjadi?
karena bagi saya BBM memang sudah waktunya untuk naik, tapi cerdas dong! BBM nggak akan mungkin turun lagi kan?
Well, secara legal, formal, dan wajar mungkin iya. Tapi secara politis? Saya rasa kecil sekali kemungkinan. Bagaimana jika dibandingkan dengan Harus diakui bahwa lebih dari separuh minyak kita dikuasai asing. Saya hanya berpikir sebagai “manusia pragmatis” dalam hal ini. Karena saya melihat ada celah besar yang menganga, kenapa kita tetap saja berdesak-desakan melalui celah sempit itu.
Tentang opini Kwik Kian Gie
Singkatnya, saya tak tahu apakah bapak Profesor Kwik Kian Gie mengetahui bobroknya Pertamina. Beliau bilang begini, “Buat minyak mentah yang ada di dalam perut bumi Indonesia, Pemerintah dan Pertamina kan tidak perlu membelinya?” tapi menurut saya, jika pemerintah mengambil alih hal itu untuk pertamina adalah sebuah kesalahan.
Saya pernah diskusi dengan pak Junino Jahja, seorang Dirut Peruri yang sekarang masih menjabat. Intinya, kami menyimpulkan bahwa Pertamina sangat tidak efisien dalam pengolahan barang baku. Dalam ilustrasi Prof Kwik, memang sangat wajar jika BBM tidak harus naik. Tapi, asal anda tahu, biaya COGS pertamina untuk bensin ternyata mencapai sekitar USD 34 per liter. Hal ini sangat jauh jika dibandingkan dengan COGS perusahaan asing yang hanya mencapai 6-8 dollar per liternya. Maka dari itu, saya cukup memahami alasan pemerintah selain secara histories, BBM, yang terus diketatkan subsidinya di era orde baru, memang harus naik dan juga masalah ekonomi politik antara Indonesia dan AS yang sudah menjadi rahasia umum
Anyway, terima kasih untuk komentarnya. Sayang, saya tak tahu siapa anda. Jikalau kita memang sudah saling kenal, akan sangat menarik kalau diskusi kita berlanjut.
Regards ^_^
Kita berbicara masalah sederhana saja, negara-negara yang anggarannya lebih kuat dari Indonesia yaitu Singapura, Malaysia bahkan Brunei sudah menaikkan harga BBM, sebagai referensi adalah link dari Malaysia ini http://paultan.org/archives/2008/06/03/new-fuel-subsidy-structure-updates-for-tuesday/
Dan sempat ada berita bahwa pemerintah Malaysia marah-marah sama orang Singapura di daerah perbatasan yang membeli bensin Malaysia (Saat itu Singapura harganya sudah naik, tapi Malaysia belum).
Tanpa perlu mengetahui struktur anggaran dan rincian keuangan negara, kita bisa tahu, kalau BBM tidak naik, yang menikmati bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga para "tetangga" kita (baca: Penyelundupan BBM dan Pasar Gelap).
Semoga penjelasan sederhana ini bisa membantu.
@Fajar,
~ Tentang suatu keberhasilan,
Terlepas dari musuh2 politik rezim waktu itu (red;soekarno,soeharto),
memang sebuah pergerakan pasti berbaur dengan kepentingan politik, entah pergerakan mahasiswa itu yang dipengaruhi politik oposisi atau justru politik itu yang memanfaatkan mahasiswa, yang jelas ketika sebuah kezaliman (pengangkatan presiden seumur hidup, keotoriteran, korupsi dan segala manifestasinya) nampak di depan mata sebagai kaum yang terpelajar, mahasiswa harus berani lantang meneriakan kata 'TIDAK'
meskipun harus tertembus peluru aparat.
saya tidak sepakat dengan kekerasan tapi coba anda bandingkan akibat kenaikan BBM (
http://jakartapress.com/news/id/1969/Yang-Miskin-Yang-Bunuh-Diri.jp) dengan hanya sebuah pagar yang roboh atau mobil polisi yang rusak???
Dan kembali tentang keberhasilan, saya akan menanyakan sebuah pertanyaan untuk menjawab ini, "kalau tidak ada mahasiswa apakah mungkin Soekarno dan Soeharto turun??"
saya yakin 100% "TIDAK"
~ Harus diakui bahwa lebih dari separuh minyak kita dikuasai asing
Taukah anda bahawa rata2 pembagian hasil minyak bumi di Indonesia dengan perusahaan asing 85%:15%??
Artinya, meskipun dikuasai perusahaan asing, Pemerintah lebih banyak mendapatkan BBM daripada perusahaan asing. Tentang penyelewengan pelaporan hasil bumi , dan main mata dengan petugas shingga banyak minyak kita yang diambil tanpa sepengatuan kita, itu soal lain, "jangan bebankan kesalahan aparatur kita pada rakyat miskin"
~ dan yang terakhir sebenarnya yang ingin dikatakan pak Kwik adalah kita masih untung meskipun harga minyak dunia naik, karena minyak yang kita dapatkan dari hasil bumi kita (yang 85% tadi) kita tidak perlu membelinya dengan harga minyak dunia, bahkan dalam ilustrasinya itu kita dapatkan gratis, kita hanya mengeluarkan untuk biaya pemrosesan minyak mentah menjadi barang jadi premium, pertamax, dll, yaitu dalam tuilisannya Pak Kwik memberikan biaya untuk itu Rp. 630 /liter dg asumsi biaya tersebut Biaya lifting, pengilangan dan transportasi dianggap US $ 10 per barrel. artinya dengan menjual RP. 4500 saja pemerintah untung sekitar RP 3870.
Jadi yang di tekankan ngga ada subsidi dari pemerintah untuk minyak, yang ada penerimaan atau untung pemerintah berkurang untuk APBN, pertanyaannya adalah Manusiawikah pemerintah mengambil untung dari penderitaan rakyatnya??
@anton,
negara-negara yang anggarannya lebih kuat dari Indonesia yaitu Singapura, Malaysia bahkan Brunei sudah menaikkan harga BBM,
Jangan berpatokan pada negara yang anggarannya kuat mas, mereka dinaikkan juga ga masalah, karena memang pendapatan perkapitanya juga tinggi, lha rakyat kita dengan penghasilan yang segitu dipaksakan naik,
coba sekarang kita mengacu ke negara yang pendapatan perkapitanya sama atau lebih kecil, sebutlah Venezuela, mesir, kuwait dll, mereka masih menjual bbm pada rakyatnya jauh dari harga kita, apalagi harga minyak dunia, baca (http://tettystak.files.wordpress.com/2008/05/tidakadasubsidibbm1.pdf)
~ Tanpa perlu mengetahui struktur anggaran dan rincian keuangan negara, kita bisa tahu, kalau BBM tidak naik, yang menikmati bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga para "tetangga" kita (baca: Penyelundupan BBM dan Pasar Gelap)
Sekali lagi..!!! jangan membebankan kesalahan aparatur negara kita di tangan rakyat miskin mas, sangat tidak manusiawi,...
Tangkap dan gantung Koruptor, sita hartanya, kurangi kunjungan luar negeri, tekan bahkan hilangkan fasilitas mewah pejabat, dan TURUNKAN HARGA BBM
Btw, saya belum ada blog kalau mau komunikasi bisa di dian_lanang@yahoo.com
atau di blog ini saja, insyaallah saya akan rutin mengunjungi..
Salam kenal,
Dian
anggaran tidak sama dengan kondisi pendapatan negara lho mas... negara yang anggarannya tinggi, belum tentu kondisi ekonominya bagus, asal anda tahu saja, (silakan dibaca di website pemerintah venezuela), anggaran mereka cukup tinggi pertumbuhannya dengan mencapai 12% per tahunnya. Anggaran di Indonesia contohnya adalah APBN
untuk penyelundupan :
OK lah kalo memang itu kriminal, tapi bagaimana dengan teknik spekulasi para spekulan yang melakukan "operasi pasar" di era AFTA ini. Atau nggak usah spekulan lah... perusahaan aja deh..? kan jadi "kita untung bangsa buntung"
gini aja deh... kita lanjutkan diskusi kita disini : "http://fajarindra.blogspot.com/2008/06/kenapa-bbm-harus-naik.html"
Itu adalah blog khusu untuk membahas masalah BBM. Thank you
NB: Btw saya harus memanggil sampeyan mbak atau mas ya?
Biasa suara kelas menengah keatas indonesia tidak setuju demo BBM. Karena mereka tidak terpengaruh naiknya harga BBM mau naik jadi 20.000 perliter mereka nggak jadi masalah. sehingga mereka selalu mendukung pemerintah dengan kata-kata sudah waktunya BBM naik. Tapi rakyat kecil yang menjerit, harga-harga ikut naik jon!!. Dasar kelas menengah keatas indonesia !! manja dan tidak perduli orang (nggak ada rasa sosial) yang penting urusannya sendiri. kalau urusan sendiri terganggu ngomel, kalau negara mengutak-ngutik baru mereka berteriak bahwa pemerintah tidak becus. jijik aku melihat kelas menengah keatas indonesia MALASSS!!!!!
Tuhan itu maha adil... apa yang membuat masyarakat menengah keatas itu berkecukupan dan kurang peduli kenaikan bbm itu karena ilmu yang mereka punyai dan kemampuan mereka mengatasi hal-hal semacam ini.
Jika rakyat menengah keatas manja, mereka takkan menjadi masyarakat menengah keatas, kurang pendidikan, malas, dan tidak mandiri adalah sikap orang miskin.
Fitrah manusia di bumi ini untuk sukses. Mungkin masyarakat menengah keatas memang sebagian kurang peduli, tapiapakah tindakan perusakan itu bisa disebut kepedulian juga.
Orang yang bunuh diri itu orang yang menyerah... tabiat lama orang gagal...
Selain itu, yang memperkaya orang menengah keatas itu kan juga rakyat kecil.
Jika rakyat menengah keatas (yang rata-rata orang yang cukup berguna di negeri ini) merasa kesulitan, dan berpikir pemerintah tak becus, itu wajar mereka katakan. mengingat mereka memang lebih berilmu dan punya standar yang lebih baik untuk menentukan yang benar dan salah...