Bicara Tentang Industri Televisi di Indonesia (Part 1)
Emang sekarang stasiun TV, khususnya di Jakarta udah bejibun. Mulai dari yang tua-tua kayak RCTI, SCTV, TVRI, dll hingga stasiun lokal kayak Jak TV dan O-Channel. Segala stasiun ini pun punya segmen yang spesifik. Misalnya RCTI dan TPI khusus buat pembantu, SCTV diperuntukkan buat para ABG yang masih norak, INDOSIAR buat tukang jualan warteg, atau METRO TV yang dengan idealisnya menyasar kalangan yang lebih educated, dan banyak lagi.
Saya sendiri nggak akan ngomongin tentang segmenting yang sudah dilakukkan oleh para stasiun TV itu karena itu mah urusan mereka. Cuman yang menarik adalah fenomena akuisisi yang terjadi akhir-akhir ini. Setelah RCTI, TPI, dan Global "berjuang" di bawah bendera MNC, November tahun lalu giliran TV7 yang bermetamorfosis menjadi Trans7 dan bergabung sama Trans TV di bawah panji Trans Corp. Harus diakui kalo telah terjadi pergeseran struktur pasar lantaran konsolidasi modal yang dilakukan melalui akuisisi diatas. Tapi, entah kenapa ya saya ngelihat ada peluang monopoli? :t
Coba deh liat, dari AC Nielsen, market share MNC (RCTI, Global TV & TPI) mencapai 35%. Diikuti Trans Corp (Trans TV & Trans 7) sejumlah 20%, SCTV dengan 16%, ANTV dan Lativi (Sekarang TV-One) 13% serta Indosiar 12%. Untuk pendapatan iklannya, MNC dapet 33%, Trans Corp 23%, SCTV 12%, Lativi 8% dan ANTV 8%. Bisa dibayangin, betapa susahnya stasiun TV kayak ANTV buat berkembang lantaran dijepit para Goliath. :d
Emang sih, sementara kekuatan itu masih berimbang dan kemungkinan terjadinya monopoli masih terlalu jauh. Menurut UU No 5 Tahun 99 tentang monopoli kalo nggak salah, disebutin bahwa pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa utawa monopoli apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Tapi peluang kearah sana udah ada. Apalagi kalo MNC berniat mengakuisisi para David yang nyaris terkapar. Tapi biarlah KPPU yang menilai, bukankah mereka cukup jago buat nangkepin para penjahat pasar?
Hehehe... meski demikian, apa yang telah terjadi di industri TV di Indonesia itu adalah sesuatu yang bagus dan harus ditiru, terutama buat Industri Asuransi dan Pesawat Terbang. Ketika sadar kue pasar akan mengecil (karena masuknya pemain dari TV Kabel), mereka bersatu menggabungkan kekuatan yang menghasilkan market leader yang bikin industri jadi nggak terlalu ketat sehingga hal-hal seperti mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan utilitas konsumen bisa direduksi. Perlu diingat, industri ini memiliki potensi diferensiasi yang besar, nggak seperti industri selular ataupun Rumah Makan Padang di Depok yang hanya sebatas harga alias perang tarif. :p
Apa Kabar TVRI?
Dari tadi udah ngomongin yang swasta, sekarang TVRI sendiri gimana? Wah nggak tau sih gua, abis udah nggak pernah nonton TVRI lagi. Terakhir kali gue nonton, tampilannya masih jadul. Ya, semoga TVRI nggak kayak pertamina, yang cuman ngejual nasionalisme doang...
Indonesia haus acara televisi yang berkualitas...
@ adis:
bener kok mas adis, tapi jika logikanya dibalik, gimana acara tv di Indonesia berkualitas lha wong manusianya aja nggak berkualitas :)
stasiun tv kan ngikutin konsumen :)
wehei, hari minggu ini kabarnya adalah hari tanpa TV ya?
@ cerita senja:
emang iya ya... hehehe... nggak tahu saya ^_^
Satu hal dari negeri ini yg harus meningkat adalah pendidikan dan kesadaran masyarakatnya untuk tak kembali purba.
paradigma pertelevisian di indonesia belum bergerak dari tema "hiburan". Klo toh ke arah pendidikan atau sosial masih sedikit manusia indonesia yg melirik, jadi emang mental manusianya yg masih purba kale ya? :)