Nostalgia Suasana Jogja (Bag 1)

2008-07-12 Leave a Comment

"Terhanyut aku akan nostalgia
saat kita sering luangkan waktu.
Nikmati bersama suasana Jogja"
Yogyakarta - KLA Project


Entah kenapa ditengah penat dan panasnya kota Depok disertai deru-deru kendaraan yang tak pernah sopan menyapa Jalan Margonda Raya, saya teringat betapa indahnya kota Jogja. Sebuah kota dengan aura kejawaan yang dahsyat karena memang disanalah letak pusat budaya Jawa. Jogja begitu indah, seenggaknya, nggak ada deru mesin bus di tengah kota. Seperti yang kita tahu, bus-bus besar disana tidak diperbolehkan melewati tengah kota.

Yogyakarta, medio Februari 2003

Dulunya, saya tinggal di kota kecil di arah jalan Jogja-Magelang. Ketika waktu muda dulu (berhubung sudah merasa tua sekarang...), saya sangat suka menjelajahi area Jogjakarta dengan berkendara motor bertama rekan-rekan saya. Maklum, namanya juga anak SMA, pastilah memiliki semangat keingintahuan yang tinggi. Jogja memang digandrungi oleh para pengendara motor. Dan tak jarang, kami menemukan cewek-cewek cantik (cantik ala jawa lho... no protest!!!) yang terduduk diatas jok sepeda motor bermerk Astrea Grand keluaran 1996 dengan nomor plat AB dan AA. Suatu hal yang sangat sulit ditemukan di Jakarta. Ya, namanya juga ibukota dan panas lagi, mendingan naik Honda Jazz dari pada Honda Astrea, betul??

Kakek sendiri adalah mantan abdi dalem kraton dan kini telah meninggal dunia. Beliau seringkali menceritakan betapa "jawa"nya kota Jogja itu semenjak saya masih 5 tahun dan hal itu pulalah yang mendorong rasa keingintahuan saya tentang Jogja. Dan pada akhirnya, di pertengahan Februari tahun 2003, kami bersembilan nekat bersepeda motor keliling kota Jogja sehari-semalem tanpa bawa SIM!!!

Dibawah ini, saya akan coba mengingat-ingat lagi apa yang telah kami lakukan ketika itu, mungkin deskripsinya kurang detail, tapi semoga kalian yang merasa terlibat didalamnya, bisa menyunting artikel ini, kayak wikipedia, hehehe...

Wisata Budaya
Well, Jogjakarta menjanjikan eksotika budaya Jawa yang masih tetap terjaga kemurniannya. Beberapa tempat yang pernah kami kunjungi adalah Keraton Jogja, Museum Affandi, Alun-Alun Kraton Jogja, dan masih banyak lagi. Pernah kami hadir dalam acara "sekaten", setelah itu kami melihat pertunjukkan wayang yang entah apa judulnya saya lupa dan dilanjutkan dengan duduk-duduk di selasar alun-alun Yogyakarta. Kami bercengkrama dengan indah, tanpa beban, dan penuh keceriaan.


Setelah itu, keluar menuju jalan utama, dan disitulah ditemukan gedung-gedung tua dengan arsitektur khas Belanda dan perempatan jalan besar yang menghubungkannya dengan sebuah jalan dari arah Malioboro. Gedung itu hanyalah sebuah kantor pos dan BNI 46 (saat itu...). Kami pun duduk-duduk dan tak beranjak menertawai nasib. Ya nasib sebagai anak SMU yang (saat itu) tengah jomblo. Sempat lewat seorang bencong slebor menawarkan jasa menyanyikan lagu Sheila on 7 yang berjudul Dan.

Sesungguhnya saya pribadi tak terlalu suka SO7, tapi tidak demikian dengan rekan-rekan saya. Sampai pada akhirnya, kami kolekan masing-masing seratus perak untuk diberikan kepada bencong yang ngaku bernama Sherly itu. Tapi apa hendak dikata (meminjam istilah "lebai"-nya Binder Singh), bukannya bersyukur dikasih duit, malah tuh bencong marah lantaran duitnya terlalu sedikit. Dia pun membanting "rebana dadakan"-nya dan bilang, "Asu kowe dab, pokil tenan to kowe-kowe ki." (Anjing lo, pelit amat sih lo pada...)

Wisata Belanja
Sejenak setelah kami berlari karena menghindari bencong yang layak masuk gembira-loka itu, kami berjalan menuju arah malioboro. Saat itu, motor kami telah diparkir di wilayah kraton. Kami bercanda sehingga tak terasa, kami sudah berada di depan Pasar Bringharjo. Pasar ini begitu bersih dengan koleksi batiknya yang lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Tapi berhubung kami hanyalah mokondo alias modal komitmen doang, maka kami pun segera berlalu dari tempat itu.


Kami terus menyusuri jalan malioboro, di trotoar itulah terdapat "traffic jam" bagi orang-orang lewat. Para pedagang pun tak henti-hentinya menjajakan dagangannya. Tempat ini selain terkenal dengan cendera matanya, juga cukup populer dengan Dagadu Jogja bajakan yang dijual 10 ribuan per eksemplar. Saya sempat membeli sebuah kaos yang bertuliskan "Pasien Pakem" yang berwarna hitam. Begitupula rekan saya yang bernama Pukon, dia membeli baju loreng-loreng khas napi yang bertuliskan "Tahanan Polres Maguwohardjo". Dan semua itu harganya "hanya" ceban!!

Belum lagi jins bajakan yang diimpor dari Cisitu dan Cihampelas. Ya, speak-nya sih asli, tapi mana ada jins asli Lee Cooper dijual di harga 75 ribu selain di Malioboro. Namun berhubung duit lagi cekak, ya OK lah. Masih lumayan kok buat ngeceng di kampung. Hehehe...

Wisata Kuliner
Capek berjalan di sepanjang jalan Malioboro, wabah kelaparan pun melanda kami. Ingin makan nasi goreng di depan Hotel Garuda? Itu hanyalah kenangan. Waktu itu, rata-rata uang kami dalam saku per orangnya tinggal 20 ribu perak. Sempat ingin makan SGPC alias sego pecel. Mau makan apa disana? Emang sih, ada yang murah, tapi nggak "worthed" (bahasa Jakartanya gitu lah...)

Dan pada akhirnya, angkringan pun jadi andalan. Di Solo, bahasa angkringan disebut HIK alias Hidangan Istimewa Kampung. Awalnya kami ingin ke kopi joss di tugu, tapi kejauhan dengan parkir motor. Akhirnya kami "ngangkring" di sebelah jalan kecil menuju Jalan Mataram. Yah, dimana lagi coba makan nasi dengan modal gopek per bungkus? :p

Wisata Bahari
Banyak sih yang udah saya kunjungin seperti pantai Baron yang menawarkan suasana hangat kekeluargaan, Parang Tritis dengan romantisme khas Jogja dengan aroma mistik yang tak kalah sedap, serta Parang Kusumo, tempat alternatif untuk berbuat mesum :D

Wisata "Terlarang"
What do you know about Sarkem selain tempat jajan dan olahraga.. kalau kata orang Jogja, cinta ditolak, Sarkem masih buka... hehehehe"



That's a lot of stuff in my pass. Aku rindu Jogja, ditengah-tengah pekerjaan membuat insurance marketing plan dan "nguli" bikin accurate. I WANNA GO HOME...

0 comments »

Leave your response!

Mohon untuk menyertakan nama dan identitas (alamat web) jika ingin berkomentar. Jika anda ingin ber-anonim, mohon cantumkan email dan nama anda.