Bisnis Retail dan Kartel Harga
Begini, suatu penjelasan yang sangat logis diberikan oleh Mr Dony DW dalam blog ini bahwa pemakaian slogan ini menyebabkan harga berada pada level yang tinggi. Pemakaian slogan ini sebenarnya bukan merupakan pesan kepada konsumen bahwa toko mereka adalah toko termurah sehingga konsumen ingin terus membeli barang di toko tersebut, melainkan lebih kepada ancaman kepada toko-toko kompetitornya. “Kalau Anda berani menurunkan harga, kami siap menurunkan harga di bawah harga Anda”. Itu yang dilakukkan oleh para pemain bisnis retail di dunia, kalau bisa dijual murah, kenapa harus mahal?
Sekilas memang benar semua itu terlihat sebuah lomba untuk mengambil kue pasar yang sebesar-besarnya dengan cara memutar (baca: menjual) barang sebanyak-banyaknya dengan harga semurah mungkin dengan harapan mampu mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, secara logika dapat kita runut bahwa persaingan tersebut adalah awal mula dari perang harga. Mengapa? Jelas, karena semua pemain akan berusaha merendahkan harga jual serendah-rendahnya. Dan akibatnya, spread harga penjual satu dengan lainnya menjadi sangat kecil atau dengan kata lain, harga yang ditawarkan menjadi sangat mirip. Selanjutnya, ketika pergerakan harga berhenti pada level terendah, hal ini bisa dianggap melanggar hukum monopoli karena bentuknya mirip kartel harga yang menghambat persaingan sehat. Konsumen memang tidak dirugikan dalam kasus ini, tapi kasus ini justru menggerus kondusifnya iklim persaingan usaha.
Sebuah kekhawatiran saya muncul juga dalam industri selular, dimana akhir-akhir ini makin banyak promo-promo yang ditawarkan dengan sebuah tujuan utama, memposisikan produk mereka sebagai yang termurah di mata konsumen. Kondisinya sangat mirip dengan bisnis retail, dan menurut saya, pemain-pemain seperti XL, IM3, dan 3 akan "punah" karena seleksi alam seiring dengan semakin getolnya mereka menyuarakan "Harga Murah". Ingat, murah itu ada batasnya, jangan seperti industri pesawat terbang.
1. Gambar Walmart Diambil Dari Sini
bentar-bentar saya masih cerna tulisannya bos
kenapa kok provider bisa tamat padahal ia ngasi harga murah? bukannya semakin murah pelanggannya jadi tambah banyak? atau gara-gara saking murahnya ia merugi sendiri? atau sebenarnya jumlah pelanggan yang didapat tidak sebanding dengan cost yang hilang untuk nutupin harga murah tadi?
@ komang :
maksud saya, kalo mereka mengorbankan kualitas produk demi mereduksi biaya pembuatan, mereka bisa tamat lantaran di banned sama pemerintah, kayak Adam Air :p kan buat harga murah, berarti harus menekan biaya pembuatan. b-(
Sampeyan tau banyak, ya....
Calon Entrepreneur seperti saya sepertinya harus rajin mampir ke blog ini, deh...
@ alam :
ah.. sampean bisa aja... info kayak gitu kan bisa diakses dimana aja :)