Keanehan Dibalik Kenaikan Harga LPG

2008-08-31 Leave a Comment



Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat untuk Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang telah menembus daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah forbes. Berita selengkapnya dapat dilihat disini. celebrate

Kemarin sore, saya mendapat undangan "nguli" siul untuk menghadiri talkshow live yang disiarkan oleh stasiun TV Astro Awani yang bertajuk "Mengukur Kinerja Presiden". Acara tersebut dihadiri oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang didukung oleh Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng, serta dua panelis yaitu Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) dan Ekonom dari LPEM FEUI Ibu Hendri Saparini. Talk show tersebut kebetulan membahas tentang subsidi BBM dan energi alternatif lainnya. Pembahasan tersebut terdiri dari lima segmen, dan segmen yang paling menarik bagi saya adalah segmen keempat yang berbicara tentang kenaikkan harga LPG.

Seperti yang kita ketahui bersama, per 1 september tahun ini, LPG 12 kg dan 50 kg akan naik dari Rp 63.000 per tabung ke 69.000 per tabung, sedangkan elpiji 50 kilogram dari Rp 343.900 per tabung menjadi Rp 362.750 per tabung. Alasannya, selain mengikuti harga pasar internasional yang sudah mencapai Rp 11400,- per kilogram ataupun harga ke-ekonomian yaitu Rp 7200,- per kilogram juga untuk menutup kerugian Pertamina selama ini yang ditaksir Rp 2 - 2,5 trliun pertahunnya dalam tingkat penjualan LPG. Sementara untuk LPG 3 kg, tidak akan naik harga dengan pertimbangan bahwa LPG tersebut digunakan oleh masyarakat kalangan kebawah.

Well, ada beberapa keganjilan (menurut saya) tentang keputusan kenaikkan harga LPG ini beserta langkah-langkah dibawahnya. Coba kita mulai dari yang bersifat umum saja. Bagi saya, LPG merupakan salah satu barang substitusi bagi BBM. BBM sudah naik kemarin. Secara hukum ekonomi, memang harga suatu barang akan naik ketika barang substitusinya naik. Sementara disisi lain, daya beli masyarakat belum pulih lantaran kenaikkan harga BBM kemarin. Sedikit saya sayangkan memang, karena hal ini dilakukan pemerintah justru ketika harga minyak sedang turun-turunnya. Tetapi sudahlah, tak ada gunanya memperdebatkan hal yang sudah diputuskan. Mendingan melihat apa follow-up dari pemerintah. Karena percuma membicarakan sebuah industri yang sudah dimonopoli oleh satu pihak! jelir

Pemerintah berkelit, mereka berkata bahwa mereka tahu benar bahwa rakyat kecil akan sulit untuk menerima kenaikkan tersebut. Maka dari itu, mereka mengelompokkan (berdasarkan survey) bahwa LPG 3kg untuk masyarakat bawah, LPG 12 kg untuk masyarakat menengah keatas, dan LPG 50 kg untuk industri. LPG 3 kg tidak akan naik karena pemerintah tahu bahwa rakyat kecil memiliki daya beli yang terbatas. tepuktangan

Selesaikah? Belum, karena disitulah anehnya. Pertama adalah dilihat dari sisi industri. Kalau seandainya saya menjadi masyarakat menengah keatas, untuk apa saya membeli 12 kg? mengapa tak beli 3 kg saja yang lebih murah. Well, diskriminasi harga yang diajukan oleh pemerintah sedemikian anehnya. Coba, saya ingin bertanya kepada anda sekalian, jika anda membeli barang secara borongan, bukankah seharusnya harga barang per unit itu jadi murah? Contohnya begini, lebih murah mana ketika anda membeli beras 1 kg dengan 100 kg sekaligus? Nah, itulah diskriminasi harga yang umum. Orang akan memiliki insentif lebih untuk membeli lebih banyak.

Kembali ke kasus LPG tadi. Justru disini, kasus akan terjadi dalam penggunaan LPG dalam rumah tangga. Kemungkinan pihak menengah keatas untuk membeli LPG 3 kg ini juga lebih besar dibanding para kaum menengah kebawah untuk membelinya. Dan pada akhirnya, anda pasti akan tahu, siapa yang akan menikmati subsidi lebih banyak. Kabarnya, untuk menghindari rush ini, pertamina akan membentuk tim lagi[1]. Hah, sungguh kinerja yang tidak efisien. Terlebih distribusinya bisa dipegang swasta. setan

Kalau memang seperti itu jadinya, mengapa distribusi LPG 3kg tidak disamakan saja dengan distribusi Raskin atau BLT. Jadi di data dulu orang yang bisa menerimanya, lantas baru diijinkan membeli. Saya pikir hal yang sederhana seperti itu jauh lebih efisien dari pada pembentukan tim untuk menghindari rush. Bung, rush itu adalah kehendak pasar, melawan kehendak pasar sama saja dengan memaksa air mengalih dari bawah ke atas. Plis deh adus

Kelangkaan

Masih dalam kasus LPG 3 kg. Masalah teknis pertamina dalam pendistribusian juga patut diperhatikan. Segala skenario positif tentang subsidi 3 kg bisa rusak lantaran kelangkaan yang tidak semestinya terjadi. Maksud saya, taruhlah daerah A seharusnya menerima 3000 kg LPG untuk LPG 3 kg, namun unit produksi hanya mencapai 1000 kg saja. Percuma dong? Ada dua efek negatif yang ditimbulkan. Pertama adalah kembalinya warga ke minyak tanah karena kehabisan LPG (kondisi ekstrim) atau yang kedua, pihak makelar akan menaikkan harga LPG nya secara sepihak karena banyaknya demand yang ada. Buktinya adalah apa yang dikatakan panelis tamu dari Surabaya kemarin, bahwa Jawa Timur, kasus-kasus seperti itu sudah lumrah terjadi. Belum lagi di Bandung seperti yang dilansir oleh blog ini. Kalau sudah seperti ini, susah urusannya bung. Jangan bilang pada akhirnya kita mesti mengimpor LPG lagi dari Singapura tahun 2011. Capek deh ! ngantuk

Kenaikkan LPG 50 kg

Pemerintah juga akan menaikkan LPG 50 kg. Nah, disini sebenarnya masalah baru buat Indonesia. Saya setuju, kenaikkan ini sedikit banyak akan mendorong naiknya laju inflasi dalam waktu dekat. Mengapa? sederhananya begini, industri yang memakai bahan bakar LPG tentunya akan mendapati kenaikkan biaya produksi untuk memproduksi barang-barangnya. Dalam bahasa sansekertanya, COGS-nya dimungkinkan akan naik. Jika perusahaan menjual barangnya dengan harga yang sama, otomatis untung mereka berkurang bukan? Maka dari itu, mau tak mau perusahaan mesti menaikkan harga jual per unit-nya atau kapastias produksinya.

Masalahnya, jika kapasitas produksinya naik, siapa yang akan beli? Lha wong pasarnya tidak beranak atau bertambah besar. Maka langkah pertama yang akan dipilih oleh perusahaan, yaitu menaikkan harga jualnya. Kalau begitu, pertanyaan saya, siapa yang sebenarnya membayar kenaikkan harga LPG tersebut? (clue : kasus yang mirip terjadi ketika anda membeli Junk Food seperti Mc Donald ataupun CFC, uang yang anda bayarkan pasti melebihi harga karena anda juga harus membayar pajaknya) jelir


Salam,






[1] http://economy.okezone.com/

Gambar tabung LPG dicomot dari sini

42 comments »

  • Anonymous said:  

    Percuma ngritik pemerintah mas. Podo wae ngomong karo tembok. Buktinya dulu yg nentang kenaikan harga BBM tuh orang berapa? Buanyak buanget to? akhirnya apa? ga ngefek tho? so, kl mau hal2 kaya gini ga kejadian lagi, ya besok pemilu jgn milih SBY lagi. Milih ya sapa gitu yang kira2 lebih smart dari SBY lah.

  • Anonymous said:  

    setujuk sam komen pertamaxxx.. kekekekkek.. pusing..pusing..

  • Anonymous said:  

    sangat informatif......

    klo mereka naikin seenkanya...kemana kita masih biarkan duduk di kursi merek bro.......mari lawan penjajah dari anak negeri sendiri...

  • Anonymous said:  

    ditempat saya juga masih banyak yang ngantri mas, di Blora

  • Syamsul Alam said:  

    Tulisan yang menggugah... Kalo memang pemerintah Indonesia itu seperti ini (dan rata-rata seperti ini semua) kita pemilu depan milih siapa dong.

    Kemampuan calon-calon pemimpin kita itu terasa abstrak sekali ya...

    Saya sulit menentukan mana yang benar-benar kompeten untuk memimpin negara ini dan mana yang tidak...

    Tapi setidaknya saya tahu, biasanya yang paling banyak berkoar-koar itu adalah yang paling 'kosong'

  • Fakhrul said:  

    Menurut gw, kebijakan menaikkan harga LPG untuk 12 dan 50 kg saja itu tidak masuk akal...

    Bayangkan, ketika para industri yang awalnya memakai lpg 50 kg menyadari bahwa lebih murah menggunakan lpg 3 kg, maka secara otomatis mereka dengan cara apapun akan mencari yang lebh murah..

    Disisi lain hal yang aneh, kalau sektor produktif seperti industri malah BBM nya dimahalkan...
    Jangan salahkan harga2 tinggi kalau biaya produksi industri2nya juga tinggi...

  • Anonymous said:  

    pusing klo mikirin kebijakan pemerintah..yang gampang di buat susah...

  • Anonymous said:  

    Huh, LPG naik lagi biaya hidup makin mahaaaallll... pusing deh ah....

  • Anonymous said:  

    naek.. terus .. bosen nih gimana mo makmur klo gini caranya..

  • Anang said:  

    yang dibikin bingung ya tentunya rakyat kecil.. duh gusti urip tan saya rekasa...

  • wendra wijaya said:  

    harga barang naik terus, cuma nasib dan kualitas hidup masyarakat aja yg turun..

    Hmmm... segala kebijakan yg diluncurkan sebenarnya baik. Permasalahannya, sejauh mana pihak-pihak yang memiliki kewenangan mampu menjalankan kebijakan itu dengan jujur...

  • Anonymous said:  

    yah namanya juga pemerintah ....

    kadang bangsa ini butuh sesuatu yang bisa berpihak kepada rakyat ...

    klo industri naik -> harga kebutuhan naik -> rakyat kecil jadi tercekik lagi dunks....
    duh bangsa... kpan kah akan berbenah

  • Anonymous said:  

    Sepertinya rakyat ini nggak pernah ngersaai barang murah ya

  • Anonymous said:  

    Minyak tanah mahal...LPG mahal..semua mahal...gimana makannya...:((

  • Kuchel Sandoz said:  

    gue nggak bisa komentar lagi deh. karna gue begitu marah ama pemerintah yang hanya bisa janji janji aja (loh kok jadi komentar ya)

  • inicuma said:  

    aku gak mau komentar karena percuma komentar pemerintahnya pada budek (tuli) ups mau puasa gak boleh mencela orang tak ralat mas

  • Anonymous said:  

    mending pake kayu bakar aja ya..
    tapi kasian juga hutan bisa gundul,,,

  • Anonymous said:  

    memang Indonesia selalu begitu kalau urusan penting. Ga pernah mateng dalam berencana :-L

  • Afif Amrullah said:  

    Inilah negeri kita... pemerintah sibuk ngurusin kantong sendiri sedangkan rakyatnya ditelantarkan! pemilu 2009 mo milih sp? g usah milih sp2 alias golput aj :D

  • The Diary said:  

    wah.. emang nih... dah mau puasa mesti pada naik semua dah...

  • Fajar Indra said:  

    @ eeda, syamsul alam & jaloo:
    saya sih nggak menyalahkan presiden 100%, bagi saya kesalahan ada di tim risetnya yang nggak perhitungan banget :)
    masalah pemilu dan siapa pemimpin kedepan, saya mah no comment deh. masih lama :D

    @ rofi :
    setuju, asal jangan anarkis ya ;)

    @ anonim 1 :
    untung magelang ga segitunya (puji tuhan) ;))

    @ fahrul :
    yups, kita sudah berdiskusi berulang kali

    @ aha & anonim 2:
    itulah ENDONESA !!!

    @ taktiku, jeffry, & anangku :
    yo ngono kuwi nasib-e wong cilik. bakaln podho nelongso kabeh :((

    @ Wendra wijaya :
    That's the point, selama ini "GBHN" masa SBY saya bilang bagus, cuma pelaksanaannya itu yang bermasalah. :x

    @ Afwan Auliar & edisamsuri:
    itulah nasib rakyat kecil bang :|

    @ orangndut :
    silakan tanya kepada rumput yang bergoyang :p

    @ Afif Amrullah :
    hehehe... masi lama kok mas.. nyante aja :p

    @ Lyla :
    iya tuh... ngikutin tuslah kaliya :p
    @ Mr Koechel :
    korban pemilu ya :p

    @ Oeoes :
    hayyouuu... ntar dosa lho mas :p

    @ apiscerana :
    semua itu memang trade-off mas

  • ebleh 182, Indonesia blogger said:  

    Naek naek kepuncak gunung
    naek naek harga BBM
    naek naek harga LPG
    Bentar lagi naek apalagi??

    ala lagu naek2 kepuncak gunung.

  • Anonymous said:  

    Walah, jangan sampe deh kita ngimpor lagi dari negara tetangga, masa kita ngimpor dari negara yang luas wilayahnya kecil, dan kalo dipikir-pikir SDA di indonesia kan banyak, coba deh berusaha temukan sumber gas baru dan kemudian olah menjadi LPG.

    Saya jd prihatin nih.

  • balidreamhome said:  

    He he mas, kenaikan harga ya pastilah untuk rakyat jelata macem kita2 ini sedangkan untuk ekspornya tetep murah contohnya adalah kontrak gas yang sekarang lagi rame, lokasinya di Tangguh - Irja (klu gak salah).

    Harga pasaran gas udah $ 20 - 25 sementara kita ngejual
    cuma $ 3,8 sedangkan kontraknya adalah kontrak mati yang gak bisa dibahas ulang kayaknya berlaku selama 20 tahun sejak pengiriman pertama nah sekarangpun pengiriman pertama belum kejadian.

    Indonesian bakal merugi jutaan dollar setiap tahunnya, thanks to the previous government (kontrak dibuat jaman Megawati duduk dikursi empuk dengan ketua team dari Indonesia adalah sang Taufik Safalas eh Kemas)

    Yo wis, alhasil yang turun cuma celana kolor doang, lainnya pada naek...

  • Anonymous said:  

    kalo saya elpiji naik sih enjoy aja..
    kata bapak saya :kembali aja kejaman batu =))

  • Bazoekie said:  

    wah memang pemerintah sngat tidak peka penderitaan rakyatnya.
    pertamina memang telah berubah.. tetapi berubah semakin menghisap darah rakyat..

  • Unknown said:  

    serasa tak punya pemerintahan....

  • Anonymous said:  

    TURUNKAN SBY & JK !!!

  • Anonymous said:  

    susah bro ngikutin pemerintahan skrg, masih rada kolot, yg dipikirin cuma diri sendiri. mudah2an seiring bergantinya zaman (ce'ileee) negara ini bisa lebih bagus

  • ipam nugroho said:  

    katanya punya banyak tambang minyak bumi, kenyataannya bbm naik, yang ngebor anak bangsa ini, tapi yang nikmatin ujung2nya ya orang asing neh..pusiing2!

  • Anonymous said:  

    Betul kang.. aneh.. Bayangkan saja apabila masyarakat menengah yang jatahnya membeli LPG 12Kg, dan industri yang jatahnya membeli LPG 50Kg, kedua2nya memborong LPG 3Kg.. wiih.. jadi masalah baru kan..? Kelangkaan LPG 3Kg akan terjadi.. masyarakat miskin juga nantinya yang susah..

    Saya setuju dengan penerapan pendataan masyarakat kecil tersebut, dengan demikian diharapkan distribusinya bisa lebih tepat sasaran..

    Terimakasih kang infonya..

  • Fajar Indra said:  

    @ Ebleh :
    Bentar lagi harga kolor naik.. kata mas bali lho =))

    @ mas ridho :
    Setuju mas... memang harus seperti itu.

    @ mas balidreamhome :
    =)) ngakak mode on

    @ muh qori :
    zaman mesozoikum aja... lebih majuan dikit :p

    @ Bazzokie :
    betul itu, Pertamina memang sudah nyusain rakyat sekarang

    @ gus :
    bikin pemerintahan baru aja kang, kudeta b-(, kayak anonim 3

    @ bayu aditya:
    mudah-mudahan ya nak...

    @ papapam traffice :
    Itulah Endonesa

    @ Riasmaja :
    permasalahan orang Indonesia memang tak pernah lepas dari sisi operasional kang. Itu harus segera dibenahi. :)

  • Anonymous said:  

    kalo menurunkan, tapi dari truk masih berlaku gak ya??hehehhe

  • Anonymous said:  

    idem sama kaum pencapir nomor siji (nyang paling atas noh) ;))

  • Anonymous said:  

    Pemerintah, aku cinta padamu... 8-}

  • Anonymous said:  

    Sing sabar aja kali ya, mungkin kata2 itu yg tepat. Habis gmn ngomong salah/ga di dengar, gak ngomong jg terus2 an begini.

    Mudah2 an aja Indonesia negaraku cepat berubah dapat pemimpin yg adil dan sayang sama rakyatnya aminn...

  • Fajar Indra said:  

    @ all :

    ada koreksi dari artikel diatas :

    Secara hukum ekonomi, memang harga suatu barang akan naik ketika barang substitusinya naik.

    seharusnya :

    Secara hukum ekonomi, kuantitas suatu barang akan naik ketika barang substitusinya naik.

    Sekian dan terima kasih. Maaf ya, salah :)

  • JoVie said:  

    wah..kalo keadaannya kayak gitu... mendingan pake kayu bakar aja, kembali ke purbakala...haha

  • Anonymous said:  

    @JoVie: mari kita berburu dan meramu :))

  • Admin said:  

    bagus thu,berarti jangan-jangan ramalan kakek saya benar, kalo kkita semua pasti akan kembali,maksudnya kembali kezaman purba kali ya???he

  • alatkantor said:  

    dalam kasus elpiji, ya ndak bisa dibilang aneh kalau harga elpiji 12 kg lebih mahal dari elpiji 3 kg. karena adanya subsidi yang kasarnya "pemerintah menomboki" harga elpiji, sehingga semakin banyak belinya, ya pemerintah semakin "rugi".

    memang selama bbm masih subsidi, pasti akan repot mengurusnya. yang disesalkan sebenarnya adalah energi itu kan ada dibumi Indonesia yang berarti milik rakyat Indonesia, dan harusnya rakyat Indonesia yang menikmatinya. Tidak dengan melalui subsidi BBM, tapi melalui peningkatan GDP atau kesejahteraan rakyat atau ketersediaan fasilitas umum. Lha ini, GDP termasuk paling kecil di dunia, pengangguran banyak, fasilitas umum minim, kesenjangan kesejahteraan rakyat malah tinggi.

    tapi salut buat pemerintah yang sekarang, rasanya sudah di jalur yang benar, tingal perlu boost speed up serta dukungan rakyat serta menyingkirkan musuh-musuh rakyat seperti koruptor, politikus picik, dan lain sebagainya.

  • Fajar Indra said:  

    @ andi :

    mungkin benar pendapat anda kalau kita melihat dari sisi "penombokan pemerintah". Tapi coba deh dibayangkan, jika bang andi adalah orang mampu secara ekonomi, apakah tidak terbesit di benak bang andi untuk membeli BBM 3 kg yang lebih murah lagi lebih ringkes? nah... kalo banyak orang yang berpikir seperti itu, maka subsidi takkan pernah sasmpai ke tangan rakyat.

    ^_^

  • Leave your response!

    Mohon untuk menyertakan nama dan identitas (alamat web) jika ingin berkomentar. Jika anda ingin ber-anonim, mohon cantumkan email dan nama anda.