Haruskah Kita Memboikot Mereka?
Sementara itu, seruan boikot terhadap produk-produk yahudi dan sekutunya AS terus bermunculan di kalangan umat islam, seperti di Aljazair, Maroko, Indonesia, Brunei Darussalam, Jordania, & Malaysia. Mahathir Muhammad, mantan perdana menteri Malaysia bahkan mengajukan seruan yang lebih ekstrim lagi, yaitu pemboikotan terhadap mata uang AS yaitu Dollar. Lantas, haruskah kita memboikot mereka? Jawabannya bisa iya, mungkin bisa juga tidak. Jawaban ini sangat kental nuansa politisnya dan bisa menimbulkan guncangan ekonomi yang cukup dahsyat bila memang terjadi dan sukses. Saya akan coba mengilustrasikan, bagaimana jika boikot itu dilakukan oleh umat muslim (saya ambil contoh kasus di Indonesia) dan umat muslim secara konsisten melakukannya.
Strategi Jangka Pendek
Boikot ini, bagi saya tidak lebih dari sebuah bentuk kecaman dunia internasional terhadap aksi Israel. Itu saja. Saya sendiri tidak melihat boikot ini sebagai strategi yang baik pada jangka pendek. Sejujurnya, secara prinsip hidup, saya bukan orang yang berprinsip bahwa lebih baik melakukan sedikit dari pada tidak melakukan sama sekali. Saya lebih berprinsip, lebih baik tidak melakukan sama sekali, jika kita tidak melakukan hal-hal yang besar. Tapi saya pribadi tidak menyalahkan seruan boikot tersebut meskipun terkesan memaksakan diri. Namun paling tidak, ada dua keuntungan utama yang mungkin diraih karena boikot tersebut, yaitu :
- Adanya semangat mencintai produk dalam negeri, hal ini positif untuk perekonomian nasional.
- Adanya korps muslim yang semakin kuat, karena rasa solidaritas yang tinggi terhadap "saudara" mereka yang tertindas di Palestina.
Resiko Jangka Panjang
Saya tidak tahu berapa persisnya perusahaan-perusahaan tersebut berperan bagi GDP Indonesia yang memang sebagian besar (sekitar 70%) berasal dari segi konsumsi, namun saya perkirakan sekitar 40-60%. Asumsikan bahwa pemboikotan itu memang benar-benar dilakukan oleh sekitar 50% saja dari seluruh warga muslim di Indonesia. Otomatis, perusahaan-perusahaan besar tersebut akan kolaps karena tidak adanya nilai penjualan yang akan mereka dapatkan di Indonesia. Setelah itu, dalam kondisi ekstrim, perusahaan akan bangkrut dan "terpaksa" merumahkan para karyawannya yang notabene kebanyakan orang Indonesia dan muslim. Dengan demikian, sebuah ungkapan bahwa "Dengan boikot, anda mungkin akan mempertahankan satu nyawa umat muslim di Palestina, tapi juga harus di bayar dengan penderitaan berupa pengangguran umat muslim di Indonesia." bisa di rasa benar.
Saya sebenarnya pernah mendiskusikan hal ini dengan teman-teman di kampus yang sangat pro terhadap boikot. Mereka mengatakan bahwa jika perusahaan yahudi tersebut ambruk, maka perusahaan alin akan lebih besar dan memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Sebagai contoh adalah Nokia, jika memang Nokia yang diklaim sebagai perusahaan yang membantu zionis yahudi tersebut memang bangkrut, maka Samsung sebagai pesaing akan membesar, dan pada akhirnya akan merekrut tenaga-tenaga kerja yang "dirumahkan" oleh pihak Nokia tadi. Hal itu bisa saja benar, tentu dengan simpifikasi tingkat tinggi.
Namun jika kita berpikir konspiratif, mungkinkah kebangkrutan ini dimanfaatkan oleh pihak ketiga (dalam hal ini pihak netral seperti Samsung dkk)? Jawaban saya adalah iya, karena dengan adanya perang, pihak ketiga justru sangat diuntungkan sehingga timbul sebuah potensi bahwa mereka pun akan berupaya dengan segala macam cara untuk mempertahankan kondisi perang ini. Semakin banyak seruan boikot, semakin diuntungkan mereka. Sejujurnya, saya tidak melihat dukungan AS terhadap Israel itu murni karena mereka "bersahabat" dengan Israel pada perang Israel-Palestina, namun pasti ada motif ekonomi dibalik semua itu. Pun jika Palestina musnah karena perang tersebut, maka AS memungkinkan mencari "ladang bisnis" baru. Nah, itu adalah resiko besar terhadap boikot dari sisi industri dalam jangka panjang.
Follow up aksi boikot
Sebenarnya, inti permasalahan utama dalam kekalahan Palestina dan Israel ini adalah kekalahan negara Islam sebagai negara tertinggal terhadap Yahudi yang notabene jauh lebih maju. Maka dari itu, Israel juga tidak bodoh menyikapi isu boikot ini. Mereka tahu, tingkat kebencian umat islam terhadap mereka, seperti di Indonesia dan negara-negara lainnya, tidak lebih besar dari pada tingkat ketergantungannya pada produk-produk mereka. Hal ini dibuktikan dengan sebuah contoh kecil bahwa produk-produk di bawah ini masih sangat sulit ditemukan barang substitusinya.
Nah, maka dari itu, sebenarnya jika dicermati secara positif dan obyektif, hal ini merupakan sebuah cambuk untuk kebangkitan orang islam. Seharusnya, mereka yang menyuarakan boikot ini tak hanya sekedar memboikot saja, tetapi juga harus menyiapkan barang substitusi yang lebih berkualitas dari produk yang diklaim sebagai produk yahudi.
Boikot Sebisanya
Beberapa rekan saya juga sepakat, bahwa nilai ketergantungan orang islam di Indonesia terhadap prosuk-produk yahudi juga jauh lebih besar daripada nilai kebenciannya. Maka dari itu, ketergantungan ini berusaha dikikis. Mereka juga sadar, adalah tidak mungkin memboikot seluruh produk-produk yahudi. Maka dari itu, mereka menyarankan kalau bisa memilih yang non-yahudi, kenapa tidak? Jika tidak bisa, ya pakai saja. Itu juga benar.
Lantas, bagaimana dengan saya? Saya pribadi bersikap lebih netral soal boikot ini karena bagi saya boikot ini hanya tak lebih dari sebuah gertak sambal seorang yang putus asa. Saya lebih suka menggunakan prinsip umum Restorasi Meiji ketika Jepang ketinggalan jauh di abad 18 oleh dunia barat dengan belajar dan belajar hingga suatu hari nanti, saya bisa sehebat orang-orang yahudi yang juga menjadi guru besar saya dan saya bisa membangun negeri kita tercinta yang senantiasa selalu tertinggal ini (halah...)
Salam,
Foto dicomot dari mana-mana tanpa ijin.
Hm, saya kok juga berpikir seperti itu yah mas, makanya saya hingga sekarang tidak menyuarakan apa-apa mengenai pemboikotan di blog saya, selain hanya menulis beberapa kebencian terhadap mereka. Hm, tulisan mas ini bagus banget, akan saya jadikan sumber referensi yah mas.....
Keren euy tulisannya.......
1.pemikir praktis
segera hentikan perang dengan genjatan senjata, untuk mengurangi lebih banyak korban. hal2 lain diupayakan lagi setelah ada gencatan senjata
2.pemikir humanis
kirimkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat palestina, dari pada ngirim tentara atau relawan jihad malah makin runyam perangnya kan..
3.pemikir kooperatif
minta PBB untuk campur tangan bikin resolusi, soalnya klo ga mau bertindak langsung butuh biaya besar, jadi mending minta tolong ma PBB ajah
4. pemikir radikal
segera kirim bom nuklir ke israel, seperti wasiat UUD 45, segala bentuk penjajahan tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan harus di lenyapkan dari muka bumi ini.
kira2 rakyat palestina pilih mana yaw?
Nah ini salah satu boikot yg mengerikan adalah untuk para pencari sesuap nasi di internet, menurut pandangan saya yg mungkin salah, kebanyakan para pekerja bisnis online mendapatkan nafkah dari google, bloger, ppc, afiliasi milik yahudi dan masih banyak yg laen, apabila di boikot para internet marketer juga terancam kehilangan mata pencahariannya.
Saya harapa sih google, amazon dll milik orang selain yahudi hehe... cmn emang sudah ada di alquran emang bangsa yahudi itu di takdirkan lebih dari orang muslim
menciptakan produk pengganti yang berkualitas memang sangat penting, sehingga ketergantungan kita memakai produk mereka jadi berkurang. tapi harus dimulai darimana ya? pemerintah kah?
hmmmm, td nya aq pro boikot, tp setelah baca tulisan ini aq malah ikut kata fajar,
"menggunakan prinsip umum Restorasi Meiji"
kayaknya bener ya kita hrs bljr dan bljr, agar bs mengalahkan yahudi itu
nice post bro
saya tidak setuju soal boikot memboikot, soalnya secara jujur masayarakat indonesia banyak yang menggunakan prodak mereka.
@ nirmana :
yang jelas rakyat palestina cuman minta perlindungan aja, biar ga di bom lagi...
@ soerjak :
kalo mau konsisten, memang harus dari pemerintah mas... bukan cuma dari ulama
@ blogcompetition :
kalo itu mah pilihan mas... tergantung bagaimana kita menyikapinya saja..
apakah hanya waktu yang bisa menjawab semua ini?
y aitu sih gmana pilihan masing2...tpi lebih baik sih kita gk ikt2an....biar cinta damai...perang selesai...korban berjatuhan selesai...amiiinnn
jang dech nanti banyak pengangguran di negara kita kang
wooow...
luar biasa pemberani yah admin qta ini. salute dehh.. :D
kalau pemboikotan itu wewenangnya pemerintah. sayang pemerintah kita kurang tegas dalam urusan luar negerinya, manut teruss sama yang namanya USA.
Maybe... kalau mas jadi presiden laen kali ceritanya yach..
pak bolehkah website saya dimasukkan ke linknya?? plz
semoga selalu dimudahkan Tuhan dalam semua persoalan hidup.
terima kasih. :)
i will coming back again..
websitenya ini = warnadunia.com
hehehe..menurut saya tak ada yang mengharuskan atau yang berhak melarang. yang ada hanyalah ketajaman hati kenapa sebuah keputusan "puasa" mengkonsumsi produk yang berafiliasi dengan Israel diambil....
wah jadi binun nih.. mengurangi aja kali yah.. kalo boikot total blm mampu..
repot kalo yg maju berkuasa semena-mena, sedangkan yg ditindas tdk bs berbuat apa2, ketrgantungan, blm bs mandiri
mantap sudut pandang berpikirnya pak ..
bingung kl mw ikut2 memboikot... hambir 80% (mungkin lebih ya?) produk yg aku pake itu punya mereka, yg jelas aku makenya ga sadar alias ga tau...soalnya di indonesia produk2 yg dibutuhin ga ada.. ada jg ga ada mutu...
jadi serbasalah sendiri...
jg yg tak boikot itu cuman produk makanan aja kayak Pizza Hut, McD, KFC, CFC, starbucks, JCO *iya jg ga ya?*, dunkin donuts... kalo macam shampoo,sabun mandi, pasta gigi, lotion semua punya unilever... kalo susu dari nestle, obat2an jg dari luar... bingung ni...
www.myblackraven.blogspot.com
www.indahrephi.wordpress.com
serba bingung ya disatu sisi kita merasa gemas kepada mereka disisi lain kita pun kayaknya gak bisa lepas dari peran meereka
http://berburuwang.blogspot.com
http://ceppygratis.blogspot.com
waduh kalo soal boikot gini gmn ya..??? soalnya
kbanyakan orang-orang pada pake produk" itu...
setuju, boikot semuanya..
"Haruskah Kita Memboikot Mereka?"
Pertanyaan yg sulit dijawab, dikarenakan kita tidak punya alternatif mau makai produk apa jika memboikot produk2 tersebut, harusnya umat Islam maju sehingga mampu memproduksi produk2 tersebut
yang esensiil adalah memboikot ajarannya..yaitu liberalisme-kapitalisme dus juga komunisme...krn ajran inilah yg membuat manusia menjadi spt" hidup segan mati tak mau, di makan ibu mati..tak di makan bapak mati.." spt itulah kehidupan manusia skrg ini.. oleh krn itu, maka yg paling urgen adlh REVOLUSI UMAT MANUSIA sedunia... revolution of humankind kata Soekarno...spt foto anda....